KOMITMEN TAK PERNAH ABADI
Oleh : IMMawan Rizky Fajar
Oleh : IMMawan Rizky Fajar
“SETIAP KALI SESEORANG BERJUANG DEMI CITA-CITA, ATAU BERTINDAK UNTUK MEMPERBAIKI NASIB YANG LAIN, ATAU BERJUANG MELAWAN KETIDAKADILAN, IA MENGIRIMKAN SERIAK HARAPAN, DAN MENAUTKAN JUTAAN PUSAT ENERGI DAN KEBERANIAN YANG BERBEDA, RIAK ITU AKAN BERUBAH MENJADI ARUS YANG BISA MENYAPU TEMBOK PENINDASAN DAN PERLAWANAN.”(ROBERT F KENNEDY)
Ketika komitmen negara demokrasi yang terkenal dengan Negara pejuang HAM (AS) digembor-gemborkan, negara di dunia seakan-akan mengacungkan jempol akan kehebatan penegakan HAM di negara itu. Kita flashback ke masa lampau dimana para pahlawan HAM berjuang mati-matian untuk mendapatkan kemerdekaan (Liberty) saat zaman Jimmy Carter (presiden Amerika tahun 1977), Ia salah satu pejuang keadilan sosial dan HAM. Perjuanganya bermula dari didirikanya Carter Center di Emory University, Atlanta, Georgia, yakni sebuah lembaga kebijakan publik, nonpartisan yang berdedikasi melawan penyakit, kelaparan, kemiskinan, konflik, dan penindasan di seluruh dunia atau ketika prinsip-prinsip kebebasan saat Revolusi Amerika (1775) yang dikumandangkan lantang oleh Thomas Jefferson untuk menciptakan penegasan HAM.
Dalil ini merupakan paragraph kedua deklarasi kemerdekaan awal Revolusi Amerika, yakni “Kami meyakini kebenaran ini nyata adanya, bahwa semua manusia diciptakan sederajat, bahwa mereka diberi oleh pencipta mereka dengan hak-hak tertentu yang tak bisa dihilangkan (tak terpisahkan), diantaranya adalah hak hidup, kebebasan, dan pengejaran kebahagiaan. Untuk menjaga hak-hak inilah pemerintah dibentuk dikalangan rakyat, mendapatkan kekuasaan mereka dari kesepakatan pihak-pihak yang diperintah…” atau perjuangan para wanita pada saat itu masalah gender dan masih bayak bukti-bukti lain yang menunjukan Amerika saat itu sedang gigihnya meneriakan nyanyian pembebasan.
Tapi sekarang apakah eksisitensi teks itu masih ada dinegara Adikuasa itu..?? dengan semakin transendental nilai-nilai perjuangan itu semakin punah, memang sangat ironis pemerintah AS yang sering mempermasalahkan HAM di Uni Soviet dan negara-negara lainya di dunia, justru tidak bersih pula dari pelanggaran hak-hak asasi manusia. Revolusi Amerika, yakni “Kami meyakini kebenaran ini nyata adanya, bahwa semua manusia diciptakan sederajat, bahwa mereka diberi oleh pencipta mereka dengan hak-hak tertentu yang tak bisa dihilangkan (tak terpisahkan), diantaranya adalah hak hidup, kebebasan, dan pengejaran kebahagiaan. Untuk menjaga hak-hak inilah pemerintah dibentuk dikalangan rakyat, mendapatkan kekuasaan mereka dari kesepakatan pihak-pihak yang diperintah…” atau perjuangan para wanita pada saat itu masalah gender dan masih bayak bukti-bukti lain yang menunjukan Amerika saat itu sedang gigihnya meneriakan nyanyian pembebasan.
Tapi sekarang apakah eksisitensi teks itu masih ada dinegara Adikuasa itu..?? dengan semakin transendental nilai-nilai perjuangan itu semakin punah, memang sangat ironis pemerintah AS yang sering mempermasalahkan HAM di Uni Soviet dan negara-negara lainya di dunia, justru tidak bersih pula dari pelanggaran hak-hak asasi manusia.
Bukankah larangan pemerintah Amerika Serikat yang tidak memberikan visa kepada Yasser Arafat itu suatu tindakan yang sangat bertentangan dengan pernyataan hak-hak asasi manusia PBB yang seharusnya dihormati oleh pemerintah Amerika Serikat??? Bermula dari itu penulis mengkorelasikan dengan penyerangan Amerika ke Afganistan dan Irak mereka merampas hak-hak warga sipil untuk mendapatkan rasa aman, rasa bahagia dan bebas intimidasi dari pihak manapun. Tanpa dalil yang jelas mereka melepaskan roket-roketnya ke rumah sipil, determinan terbesar penyerangan brutal masal (seperti banteng mengamuk) oleh tentara AS karena akibat dari usaha penghancuran Pentagon dan penyerangan Gedung WTC yang diprediksi AS dilakukan oleh Osama bin Laden dkk. Hal itu membuat Bush (Presiden AS) tak henti-hentinya melancarkan serangan ke negara yang kebanyakan penduduknya Islam itu. Diteruskan dengan penyerangan ke Irak dimana negara ini dituduh menyimpan senjata kimia (pemusnah massal) yang sampai saat ini tak terbukti keberadaanya, mungkin sampai detik inipun masih terjadi perlawanan sengit antara tentara AS vs Pejuang Hizbullah.
Dengan bukti-bukti itu, ada disparitas yang dahulu AS sebagai pejuang HAM sejati sekarang menjadi Pelanggar HAM sejati. Apakah negara yang dahulu meneriakan semboyan-semboyan kebebasan ini akan terus menjadi negara yang menyebabkan darah korban penindasan HAM??? dan apakah HAM ini merupakan Retorika kosong belaka? Lantaran hak merupakan pertimbangan –pertimbangan yang kuat, bahasa menarik bagi orang-orang yang terlibat pada saat itu.
“Kami Meyakini Kebenaran Ini Apa adanya….”
Comment Form under post in blogger/blogspot