-

Jumat, 08 Agustus 2008

RENUNGAN GERAKAN MAHASISWA

Sebuah realita yang tidak dapat dipungkiri bahwa bangsa ini sedang mengalami keterpurukan yang sangat luar biasa. Semangat refleksi reformasi yang menghiasi dinamika perubahan bangsa ini jauh dari angan-angan,seakan – akan seriak harapan telah sirna oleh perilaku negara yang tidak memberikan perubahan bagi bangsa ini.Korupsi yang merajalela semakin menghancurkan karakter Bangsa Indonesia yang terkenal dengan budaya timurnya sopan santun , ramah, dan mengedepankan moral.
Sesungguhnya persoalan diatas merupakan tanggungjawab dan dosa bersama kita sebagai agen of change yang pastinya mempunyai posisi yang strategis dalam memainkan perubahan bagi bangsa ini, dengan modal sosial yang cukup luar biasa mahasiswa menjadi avant garde gerakan dikampus ini. Sadar tidak sadar pelopor reformasi itu digulirkan oleh mahasiswa. Akan tetapi yang menjadi persoalan adalah apakah semangat reformasi masih eksis disanubari mahasiswa sekarang ? apakah gerakan mahasiswa masih diminati oleh para mahasiswa ?

OPTIMALISASI PROGRESIFITAS GERAKAN MAHASISWA DILINGKUNGAN KAMPUS
Tema diatas diangkat oleh kawan-kawan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat

Soedirman yang dilakukan dengan diskusi publik dikelurahan grendeng 3 April 2008 , dengan selaku narasumber diskusi adalah Bapak Anjar Nugroho S.Ag M.Si mantan Aktivis IMM dan Bapak Ahmad Sabiq S.Ip M.A dosen jurusan ilmu politik Unsoed. Diskusi publik itu menyoal berbagai problematika progresifitas gerakan mahasiswa saat ini. Disampaikan oleh beliau Bapak Anjar bahwa” Progresifitas gerakan mahasiswa tempo 98 dengan sekarang ya sangat berbeda, era 98 kawan-kawan mahasiswa hanya memiliki prominent enemy yaitu Soeharto, sehingga jelas arah perjuangannya dan tercover dalam satu tema, berbeda dengan tempo sekarang problematikanya lebih komplek dan cenderung separate mestinya kulturnya pun berbeda sehingga membutuhkan strategi berbeda pula. Disisi lain Bapak Sabiq berpendapat bahwa ”gerakan mahasiswa sekarang terutama mahasiswa berbasis islam ada yang lebih senang mengangkat isu Internasional ketimbang isu lokal atau nasional serta konsennya mahasiswa hanya pada wilayah kekuasaan tidak lebih kepada wilayah kerakyatan, padahal kapasitas kita tidak bisa sampai sejauh itu, dan tentunya aksi-aksi seperti itu tidak akan lebih mengena pada persoalan yang sedang kita hadapi seperti satu senter menyinari bumi disiang hari”
Kemudian juga yang banyak dikeluhkan oleh para aktivis yakni kecenderungan minat mahasiswa untuk berorganisasi berkurang sehingga berdampak pada kurangnya kader pada sebuah gerakan itu sendiri.Ada hal yang menarik ketika era 98 yaitu konsekuensi seseorang menginginkan punya banyak kawan, ingin mencari jodoh maka konsekuensinya orang itu harus berorganisasi dikarenakan mayoritas orang pada saat itu ikut berorganisasi, hal yang mendukung tentunya tidak lain dari kesadaran pribadi serta kultur yang menghendakinya seperti itu.Dampak merosotnya minat Mahasiswa berorganisasi dapat dilihat dari indikator kurangnya generasi-generasi baru di beberapa organisasi.Sebagian Mahasiswa sekarang berasumsi bahwa berorganisasi dapat merusak nilai akademik kampus sehingga akibatnya prioritas lulus dengan predikat coumlaude atau lulus cepat tidak terpenuhi, sebenarnya asumsi itu yang mengakibatkan evaluasi terhadap dirinya sendiri lebih berkurang dan tidak mempunyai semangat .Proses pragmatisasi dan birokratisasi, atau dalam bahasa Weber, mahasiswa telah terperangkap dalam kerankeng besi rasionalitas yang selama ini telah mereka bangun sendiri. Pada gilirannya keadaan ini menjauhkan mahasiswa dari diskursus-diskursus pemikiran di kalangan intelektual yang marak belakangan ini.
Disorientasi gerakan mahasiswa saat ini sangat dirasakan sekali pasalnya kurangnya pemetaan dan konsep yang matang untuk melakukan manuver-manuver perubahan yang diharapkan membawa dinamisasi, seharusnya lebih segmented terhadap problematika sekarang ini. Idealnya gerakan Intelektual lebih diutamakan untuk mendapatkan win-win solution demi menjawab permasalahan yang memang boleh dibilang sangat komplek.Maka kedepan sebuah gelar yang memang sudah dikonstruksi oleh banyak orang untuk mahasiswa seperti agent of change, agent of social control, dan agent of iron stock kiranya masih pantas Mahasiswa diberi gelar itu.
Dengan perkembangan itu dapat dikatakan bahwa secara kuantitatif kiprah mahasiswa harus lebih besar yang kemudian memperkokoh citra diri (self-image) gerakan Mahasiswa sebagai gerakan intelektual yang bersifat praktis dan dapat memberi wacana mainstream yang dibutuhkan sekarang ini. Perubahan sosial dalam dinamika perubahan memiliki akar sejarah yang sangat kuat, perubahan dalam dinamika Islam dikenal tajdid sebagaimana dalam banyak literatur hadist, kemudian muncul dengan berbagai predikat seperti: reformisme, modernisme”. Sebagai pengemban perubahan sosial sesungguhnya tugasnya adalah melakukan perubahan sosial terhadap dinamika bangsa ini yang jauh melenceng dari norma-norma berlaku.
Mahasiswa sebagai kaum intelektual, bila kita melihat beberapa perspektif diatas, bahwa peranan dan posisi mahasiswa sangat strategis dalam memainkan perubahan bagi bangsa ini karena sebagai gerakan sosial posisinya sebagai alat perubah dalam setiap dinamika perubahan, Maka dalam konteks ini IMM mengajak sebagai bagian gerakan mahasiswa yang berhak memiliki dan berhak mengimplementasikan dikehidupan nyata. Sebagai sosok manusia yang diciptakan Allah SWT mempunyai fitrah kepemimpinan, maka kepemimpinan merupakan realitas keniscayan yang harus diemban sebagai bentuk ihktiar perubahan dalam dinamika hidup. IMM sebagai wadah kumpulan komunitas memerlukan ruang bagi kreator-kreator untuk menghidupkanya.
Billahi fi sabilil haq, fastabiqul khoerot











IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH (IMM)
KOMISARIAT SOEDIRMAN (KOMSOED)
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

Sekretariat: Jl. Gunung Slamet Gg. Mawar Rt. 01/01, Kr wangkal, Purwokerto, CP : 0856 4284 3886


 

© 2007 Laskar Soedirman: RENUNGAN GERAKAN MAHASISWA | Design by Template Unik



Template unik dari rohman


---[[ Skip to top ]]---